Contact us

Mengenal Lebih Dekat Universitas Al-Azhar
Judul       : Al-Azhar : Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaan
Penulis    : Zuhairi Misrawi
Penerbit  : Buku Kompas
Tahun     : I, Agustus 2010
Tebal      : 353 h
Harga     : Rp. 58.000

Resensi Buku Al-Azhar : Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaan


Tentu Anda masih ingat dengan peristiwa gejolak Mesir. Puluhan ribu rakyat mesir berdemonstrasi turun ke jalan meminta Husni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun turun. 100 Orang lebih meninggal dunia dan ribuan demonstran lainnya luka-luka. Tak ayal, jutaan pasang mata di dunia kini terpusat perhatiannya pada negeri piramid ini. Karena keamaanan Mesir yang labil, banyak warga asing dievakuasi, termasuk warga Indonesia. Ratusan warga Indonesia mulai dievakuasi. Lansia, wanita dan anak-anak menjadi prioritas. Kebanyak dari mereka adalah mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Univeersitas Al-Azhar.

Dalam hiruk-pikuk pemberitaan media massa terkait gejolak Mesir. Di Mesir telah bertengger lembaga pendidikan yang menjadi menara ilmu, reformasi dan kiblat keulamaan dunia, yaitu Universitas Al-Azhar. Al-Azhar bertengger lebih dari satu millennium, tidak henti-hentinya mencetak manusia-manusia brilian yang tersebar di seluruh muka bumi. KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur), Quraish Syihab, Mustofa Bisri, Habiburrahman El-Shirazy adalah segelintir tokoh brilian Indonesia yang lahir dari rahim Al-Azhar. Kini lebih dari 4000 mahasiswa Indonesia sedang menimba ilmu di Universitas yang awalnya masjid ini. Bagaimana sepak terjang Al-Azhar sebenarnya? Buku Al-Azhar : Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaan akan menjawabnya.

Al-Azhar dibangun dengan ideologi Syiah, tetapai ideologi yang dipedomani Al-Azhar adalah Sunni. Sebagai penghormatan terhadap kalangan Syiah, dibeberapa jurusan diajarkan Syiah Zayyidah dan Syiah al-Ja’fariyyah. Bahkan Al-Azhar berada di garda terdepan dalam mengembangkan dialog antar madzhab dalam Islam. Al-Azhar secara eksplisit menegaskan komitmennya mengibarkan bendera moderasai Islam.

Memilih kuliah di Al-Azhar bukanlah pilihan biasa. Jebolannya harus menjadi ulama yang mengerti agama dengan baik dan berfikiran luas. Keulamaan yang digambarkan Al-Azhar sangat unik, karena meletakkan khazanah Islam pada konteksnya yang proporsional dan obyektif serta terbuka dengan ide-ide baru sesuai porsinya. Al-Azhar memadukan antara masjid sebagai simbol spiritualitas dan universitas sebagai simbol rasionalitas. Perpaduan ini merupakan jalan menuju moderasi Islam. Dengan tradisi keilmuan yang sangat kokoh, mampu berkontribusi dalam mengokohkan moderasi Islam dalam rentang waktu dan pergulatan sejarah yang sangat panjang.

Buku ini membawa kita menjadi tidak berjarak dengan Al-Azhar. Dikupas secara mendalam sejarah Al-Azhar, peran Al-Azhar dalam mengembangkan pandangan keislaman moderat dalam konteks global, sejarah Mesir, Kairo dan sungai Nil yang mempesona, dan tidak luput pula kisah mahasiswa Indonesia yang belajar di sana. Buku ini terbilang ambisius, karena mengupas sejarah Mesir, Kairo dan Al-Azhar. Sang penulis Zuhairi Misrawi sendiri merupakan jebolan Al-Azhar, maka tidak heran buku ini begitu berisi dan sarat informasi. Bacaan yang pas bagi kita yang berniat menuntut ilmu di Al-Azhar maupun yang ingin mengenal Al-Azhar lebih dalam.

Para pemikir mesir biasa berdialog dengan berbagai arus ideologi. Dialog pemikir liberal dan kiri kerapkali terlibat dalam perdebatan yang alot, tetapi diantara mereka tumbuh kesadaran tentang pentingnya kebersamaan ukhuwah Islamiyyah dan Nasionalisme Mesir. Dialog ini cukup tergambar di Majlis al-A’la li al-Tsaqafah, salah satu sudut Opera House, Tahrir, Kairo. Ibnu Khaldun, Jalaluddin as-Suyyuti, Muhammad Abduh, Yusuf Qordloi adalah segelintir ulama yang menonjol, karya-karyanya mendunia. Satu contoh, kitab Tafsfir Jalalain karya Jalaluddin as-Suyyuti merupakan kitab Tafsir wajib hampir di seluruh pesantren Tanah Air. Muhammad Abduh menginspirasi bagi reformasi keagamaan di berbagai dunia Islam, termasuk Indonesia hingga lahirnya Muhammadiyyah, salah satu ormas Islam terbesar Tanah Air yang didirikan KH. Ahmad Dahlan.

Al-Azhar telah menjadikan Kairo sebagai salahsatu pusat ilmu dan spiritualitas. Perguruan tinggi tertua ini konsisten mengenalkan khazanah keislaman yang kaya, baik dari segi kualitas dan kuantitas. Seorang ulama jebolan Al-Azhar dituntut untuk menelurkan karya-karya monumental. Bila kita menilik universitas-universitas terkemuka dunia lainnya, seperti Harvard dan Oxford terlihat sekali kemegahan gedung dan kelengkapan fasilitas pendidikannya. Namun Al-Azhar tidak termasuk kategori ini. Al-Azhar memiliki bangunan yang sangat kelasik, tidak terlalu megah, bahkan terbilanag sangat sederhana. Tapi satu hal yang sangat menonjol dari Al-Azhar, yaitu peranannya yang tidak terlupakan dalam membentangkan jalan pendidikan, dan pembelajaran bagi orang-orang tidak mampu. Al-Azhar menyediakan pendidikan geratis bagi setiap orang yang hendak belajar. Al-Azhar dalam rentetan waktu yang panjang, telah menjadi laboratorium dari pengkaderan par excalent, ulama yang mempunyai kedalaman ilmu dan kejernihan hati. Tidak terpengaruh oleh angin politik yang terus berhembus kencang, memilih untuk konsisten pada pemberdayaan umat. Keberhasilan Al-Azhar menangani kelompok Islam politik telah memberikan harapan agar Al-Azhar tidak terjebak dalam kepentingan politik tertentu, terutama kaitannya dengan proliferasi ekstremisme dan radikalisme. Jika Mesir tidak memiliki Al-Azhar, maka tidak menutup kemungkinan akan menjelma seperti Afganistan dan Pakistan.

Al-Azhar akan selalu menjadi bunga yang membawa harapan, mimpi dan kenangan yang indah. Harapan itu adalah moderasi Islam yang akan membawa peradaban baru bagi kemanusiaan universal. Al-Azhar merupakan lemabaga pendidikan terdepan yang telah mampu menjadikan Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kemajemukan berfikir dan berpendapat. Tidak hanya itu, Al-Azhar telah berjasa dalam melestarikan paham sunni dan menancapkan reformasi keagamaan di setiap masa dan tempat, sehingga Islam menjadi agama yang dapat mengibarkan bendera talikasih, bukan bendera kebencian.

Mengenal Lebih Dekat Universitas Al-AzharResensi Buku Al-Azhar : Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaan karya Zuhairi Misrawi.

0 Reviews:

Post a Comment